Spread the love

Ketika mendengar nama Brutus, mungkin kita akan langsung teringat dengan tokoh kartun yang menjadi lawan dari Popeye. Namun, brutus di sini adalah sebuah alat berat shovel yang memiliki ukuran sangat berat. Nama lengkap dari alat berat ini adalah big brutus, sesuai dengan ukurannya. Tidak berbeda jauh dengan alat berat raksasa milik PT. Komatsu yang menggunakan spare part alat berat Komatsu berukuran besar, shovel ini juga menggunakan spare part berukuran sangat besar.Big Brutus

Big Brutus merupakan alat berat yang dibangun oleh Bucyrus Erie pada Tahun 1962, dan menghabiskan biaya sekitar US $ 6,5 Juta. Pada saat pembuatannya, dibutuhkan 150 gerbong kereta untuk membawa seluruh spare part yang dibutuhkan ke lokasi, yaitu dari Bucyrus Erie Fabricating Plant ke Hallowell Kansas. Sementara itu, untuk jumlah pekerjanya sendiri melibatkan 52 orang dengan lama waktu pembuatan mencapai 11 bulan.

Seperti fungsi shovel (sekop) pada umumnya, alat berat inipun berfungsi untuk mengeruk material dari dalam tanah.  Big Brutus digunakan oleh sebuah perusahaan bernama Pittsburg  & Midway Coal Mining Company untuk menggali material batu bara dari dalam tanah. Namun, alat berat ini tidak bekerja sendirian. Big brutus bertugas untuk mengeruk lapisan atas yang menutup batu bara dan kemudian tugas selanjutnya diselesaikan oleh draglines dan shovel yang berukuran lebih kecil.

Dalam satu kali pengerukan, big brutus mampu mengangkan material tanah dalam jumlah yang sangat besar. Namun, kemampuannya ini tentunya harus didukung dengan sumber tenaga yang besar pula. Alat berat ini membutuhkan listrik dalam jumlah yang terlalu besar. Bahkan, pada bulan terakhir penggunaan alat berat ini, tagihan listriknya mencapai $ 27.000. Hal ini bisa dipengaruhi oleh belum digunakannya teknologi untuk menghapuskan idle time, sehingga masih boros energi. Namun, entah mengapa pemaikaian dayanya masih sangat tinggi.

Pada akhirnya, di tahun 1974, penggunaan alat berat ini pun dihentikan, dan pemiliknya menarik alat berat ini. Namun begitu, masyarakat banyak yang ingin agar alat berat ini dijadikan sebagai landmark negara dan diubah menjadi sebuah museum.

Hingga tahun 2004, pengunjung yang datang ke museum ini diijinkan untuk masuk dan naik ke atas sekop. Namun, saat ini tidak lagi dikarenakan masalah keamanan. Meskipun begitu, museum ini masih tetap menjadi tempat yang banyak diincar oleh wisatawan ataupun penduduk lokal. Sebab ada banyak hal yang dapat dilihat di dalam museum ini, dan rata-rata berhubungan dengan kenangan semasa alat ini masih aktif beroperasi. (Vita)